Sejarah Hari Kesehatan Nasional
Sejarah Hari Kesehatan Nasional dimulai saat Indonesia dilanda wabah
penyakit malaria pada tahun 1960-an, ratusan ribu jiwa menjadi korban akibat
malaria.
1. HKN adalah hari dimana diperingatinya Kesehatan sebagai simbol dan semangat perubahan yang lebih baik
2. Tgl 12 November yang diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional ternyata memiliki sejarah penting
3. Tahun 1964 tepat tanggal 12 November pada saat itu terjadi peristiwa penyemprotan nyamuk malaria
4. Pembasmian malaria yg mulai mewabah sekitar thn 1960 itu ditangani oleh Komando Operasi Pembasmi Malaria (KOPEM)
5. Sebelum peresmian penyemprotan tersebut, di akhir 1963 telah dilakukan penyemprotan di Jawa, Bali, dan Lampung
6. Penyemprotan secara simbolik oleh Presiden RI pertama Bung Karno pada tanggal 12 November 1959 di desa Kalasan, Sleman, sekitar 10 km di sebelah timur dari Yogyakarta
7. Penyemprotan secara simbolik oleh Bung Karno dibarengi dgn banyak kegiatan seperti Penyuluhan dan Pendidikan kesehatan
8. Sejak peristiwa itulah sampai saat ini tgl 12 November setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional
9. Berbagai macam kegiatan seperti perlombaan, penyuluhan, pemeran, dll dilakukan untuk memperingati HKN tiap tahun
10. Dan sejak itu, HKN dijadikan momentum untuk melakukan pendidikan/penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
11. Itulah mengenai Sejarah HKN yang mudah-mudahan bisa meningkatkan kepedulian kita tentang pentingnya Kesehatan
12. Mulai 1 Januari 2014 : kita dukung program pemerintah dalam melaksanakan Undang Undang mengenai JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
Petugas kesehatan adalah pejuang kemanusiaan yang dengan tulus ikhlas
mengabdikan ilmu pengetahuan dan keterampilannya bagi kesejahteraan sesama
dengan memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat. Sebagai
generasi penerus kita bangga bahwa banyak di antara petugas kesehatan yang
patut dijadikan suri-tauladan bagi generasi muda.
Semangat, perjuangan, dan kejuangan para petugas kesehatan pendahulu menjadi
inspirasi bagi kita semua untuk selalu memberikan yang terbaik kepada bangsa
dan negara.
Semoga seluruh elemen
baik pemerintah maupun masyarakat merapatkan barisan, bekerja sama, bahu
membahu, untuk mengantar bangsa Indonesia melalui jembatan emas Pembangunan
Kesehatan menuju masyarakat yang sehat sejahtera.
Tepat hari ini Indonesia memperingati Hari Kesehatan
Nasional yang ke-50. Ya sudah mencapai genap setengah abad pemerintah terus
berpikir dan mencurahkan segala usaha dalam memperbaiki status kesehatan
masyarakat di Indonesia. Bila kita melihat pembangunan kesehatan saat ini
pemerintah cukup gencar dalam dalam melaksanakan berbagai program-program
kesehatan yang diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan
kesehatan masyarakat di Indonesia yang begitu beragam. Sebanding dengan usaha
pemerintah dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, maka permasalahannya
juga semakin meluas.
Penyebabnya pemerintah selalu mengadakan
perubahan program kesehatan disetiap pergantian jabatan oleh pimpinan
sebagai penentu kebijakan kesehatan. Dampaknya tentu saja di anggaran kesehatan
yang semakin hari semakin tidak dirasakan oleh masyarakat Indonesia. “Beda
Penguasa, Beda Programnya”. Solusi yang ditawarkan memang sangat inovatif tapi
tidak akan terselesaikan bila tidak adanya ketahanan pada program yang akan
dilaksanakan. Sayangnya anggaran yang dikeluarkan telah begitu besar dalam
sosialisasinya tetapi ketika Sang Penguasa berganti maka program tersebut tidak
dilanjutkan sama sekali malah pengusul program baru terus saja hadir menawarkan
solusi. Tentu saja permasalahan kesehatan tidak akan pernah terselesaikan.
Dewasa ini masalah kesehatan masyarakat masih perlu
mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak baik itu pemerintah maupun
masyarakat. Wujudnya dalam bentuk relasi yang baik antara keduanya dikarenakan
status kesehatan masyarakat sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di
Indonesia di masa yang akan datang.
Tantangan terus berdatangan dengan hadirnya
permasalahan seperti beban ganda penyakit, minimnya keterjangakuan pelayanan
kesehatan, tidak meratanya pensdistribusian tenaga kesehatan serta lemahnya
dukungan dari perundang-undangan dalam menjangkau permasalahan itu sendiri.
Paradigma kesehatan telah berganti dari yang hanya menekan ke upaya kuratif, sekarang
upaya promotif dan preventif juga di rumuskan melalui beberapa program yang
yang mengarahkan masyarakat dengan mengajak untuk mempertahankan kondisi sehat
dan lebih produktif.
Dalam upaya kesehatan diperlukan adanya sutu program yaitu
model-model pembinaan kesehatan dimana program ini dapat memberdayakan
masyarakat secara mandiri guna meningkatkan status kesehatan mereka
setinggi-tingginya. Diharapkan program seperti ini dapat menjawab tantangan dalam permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Kita memperingati hari kesehatan nasional (HKN) pada peringatan ke-50 ini mengusung tema sehat bangsaku, sehat negeriku. harapan dan impian yang tidak muluk-muluk dalam perjalanan panjang peringatan usia setengah abad peringatan HKN.
SEHAT sebuah jargon yang bagi sebagian orang menyikapinya tidak seserius menyikapi kondisi sakit. Paradigma berbeda menyikapi sehat dan sakit, dalam banyak hal pengorbanan besar akan dilakukan ketika sakit untuk menjadi sehat kembali, hal ini tentu berbeda dengan pengorbanan di kala sehat untuk mempertahankan kondisi sehat itu sendiri. Paradigma kita sebagian besar masih berorientasi pada aspek kuratif dan rehabilitatif jika tidak ingin dikatakan mengabaikan aspek peromotif dan preventif.
Berdasarkan Rikesdas 2013 yang diluncurkan oleh Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa Prevalensi Nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9 persen, sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Relevansi Nasional menyikat gigi setiap hari adalah 94,2 persen sebanyak 15 provinsi berada dibawah prevalensi nasional.
Untuk perilaku benar dalam menyikat gigi berkaitan dengan faktor gender, ekonomi, dan daerah tempat tinggal. Ditemukan sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore, (76,6%). Menyikat gigi dengan benar adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3 persen.
Prevalensi nasional Indeks DMF-T adalah 4,6. Sebanyak 15 provinsi nasional. INdeks DMF-T lebih tinggi pada perempuan (5,0) dibanding laki-laki (4,1). Indeks DMF-T menggambarkan tingkat keparahan kerusakan gigi. Indeks DMF-T merupakan penjumlahan dari indeks D-T, M-T, dan F-T.
Masih banyak yang perlu dibenahi dari permasalahan kesehatan gigi dan mulut di dalam masyarakat, untuk kedepannya diharapkan adanya peningkatan kondisi kesehatan gigi dan mulut secara nasional tidak hanya dalam aspek kuratif tapi juga lebih banyak lagi kesadaran akan aspek promotif dan preventif.
Kita memperingati hari kesehatan nasional (HKN) pada peringatan ke-50 ini mengusung tema sehat bangsaku, sehat negeriku. harapan dan impian yang tidak muluk-muluk dalam perjalanan panjang peringatan usia setengah abad peringatan HKN.
SEHAT sebuah jargon yang bagi sebagian orang menyikapinya tidak seserius menyikapi kondisi sakit. Paradigma berbeda menyikapi sehat dan sakit, dalam banyak hal pengorbanan besar akan dilakukan ketika sakit untuk menjadi sehat kembali, hal ini tentu berbeda dengan pengorbanan di kala sehat untuk mempertahankan kondisi sehat itu sendiri. Paradigma kita sebagian besar masih berorientasi pada aspek kuratif dan rehabilitatif jika tidak ingin dikatakan mengabaikan aspek peromotif dan preventif.
Berdasarkan Rikesdas 2013 yang diluncurkan oleh Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa Prevalensi Nasional masalah gigi dan mulut adalah 25,9 persen, sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional. Relevansi Nasional menyikat gigi setiap hari adalah 94,2 persen sebanyak 15 provinsi berada dibawah prevalensi nasional.
Untuk perilaku benar dalam menyikat gigi berkaitan dengan faktor gender, ekonomi, dan daerah tempat tinggal. Ditemukan sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore, (76,6%). Menyikat gigi dengan benar adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3 persen.
Prevalensi nasional Indeks DMF-T adalah 4,6. Sebanyak 15 provinsi nasional. INdeks DMF-T lebih tinggi pada perempuan (5,0) dibanding laki-laki (4,1). Indeks DMF-T menggambarkan tingkat keparahan kerusakan gigi. Indeks DMF-T merupakan penjumlahan dari indeks D-T, M-T, dan F-T.
Masih banyak yang perlu dibenahi dari permasalahan kesehatan gigi dan mulut di dalam masyarakat, untuk kedepannya diharapkan adanya peningkatan kondisi kesehatan gigi dan mulut secara nasional tidak hanya dalam aspek kuratif tapi juga lebih banyak lagi kesadaran akan aspek promotif dan preventif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar